Ahad, 26 Mei 2013

Cuci


Entah, yang pasti aku terkesan. Ya Allah, izinkan aku menulis dari dasar hati ini.

Banyak

Indahnya dunia ini sehingga kita dikaburkan dengan indahnya perkara yang busuk. 

Boleh jadi. Banyak saja. Tiada yang mustahil.

Ya, kita mudah terasa indah dengan ego yang kita miliki. Kononnya orang tidak boleh mencalari kita dan prinsip kita. Kononnya kita punya maruah. Barangsiapa yang melakukan perkara yang mencalari diri kita maka dia adalah orang yang hina.

Oh,'MULIA' nya kita!

Perasaan

Aku, kamu dan dia, semua pun punya rasa. Punyai prinsip dan juga maruah. Namun, bagaimana mungkin selama kita bersama kita boleh memastikan tiada yang terguris rasa, terlanjur kata dan terlebih guraunya?

Tiada! 

Mustahil!

Iman dan waras akal

Boleh jadi, kita memilih tindakan yang salah kerana meletakkan sangkaan yang salah. Jadi disitulah peran iman dan akal mula bertindak.

Diriwayatkan dari Abu Abdillah An-Nu’man bin Basyir radhiyallahu’anhuma, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa alihi wa sallambersabda, “Sesungguhnya perkara yang halal itu jelas, dan perkara yang haram juga jelas. Dan di antara keduanya terdapat hal-hal yang samar dan meragukan. Banyak orang yang tidak mengetahuinya. Barangsiapa yang menjaga dirinya dari hal-hal yang samar dan meragukan itu maka niscaya akan terpelihara agama dan harga dirinya. Dan barangsiapa yang nekad menerjang hal-hal yang samar dan meragukan itu maka dia terjerumus dalam perkara yang diharamkan. Sebagaimana halnya seorang penggembala yang menggembalakan hewannya di sekitar daerah larangan, hampir-hampir saja dia memasukinya. Ingatlah, sesungguhnya di dalam tubuh terdapat segumpal daging. Apabila daging itu baik maka baiklah seluruh anggota badan. Dan apabila ia rusak, maka rusaklah seluruh anggota badan. Ketahuilah segumpal daging itu adalah jantung.” (HR. Bukhari [52] dan Muslim [1599]).

Akal itu terletak pada hati. Jadi, tindakan yang manakah lebih waras. Tindakan tatkala hatinya sakit atau sihat? Imannya naik atau turun?

Tindakan

Bagaimana mahu meneliti perkara ini? Bagi saya, mudah saja. Kalau ia sampai merosakkan suasana, itu tindakan tidak baik. Kalau ia mengeruhkan lagi keadaan, itu tidak baik.

Penyelesaiannya

Husnu dzon dan salamatus sadri

Bersangka baik dan berlapang dada. 

Dua perkara yang saya akui kepayahan dan kelelahannya. Tapi, kalau itu yang mampu merawat kita, itulah saja ubatnya.

Man tholaba  al akhar minal 'aibin fasoro lahu illa akhin

Kebersamaan

Aku tertanya-tanya, adakah masa yang aku habiskan untuk bertemu para sahabatku walaupun sesaat dapat menyuci hati ini dan hati mereka seperti mana bapa dan anak-anaknya (gambar diatas) bersama-sama mencuci teksi?

Adakah aku telah mengisi relung-relung hati mereka sepertimana mereka mengisi kekosongan hati aku?

Sebenarnya, salah pada kita. Lihat aibmu sebelum meneropong aib yang lain. Itu Muhammad Rasyid ajar dalam bukunya Kaifa tamtalikina fadhilatus sumt-bagaimana memiliki fadhilat-fadhilat diam.

Aku tak tahu nak cakap apa.

Aku terkena.

p/s: pengajaran hadis 6,kata-kata ayah dan buku Muhammad rasyid 'awid



1 ulasan:

  1. Ego. Selalunya orang ego ini banyak menderita dalaman. Berlagak keras sedangkan ingin dibelai. Selalu menawarkan bahu untuk ditangisi sedang hatinya sedang menangis. Mungkin bisa dikatakan kental, tetapi kenapa perlu sombong mengaku kelemahan diri. Adakah tangisan itu tanda kalah? Begitu ego kadang-kadang menafi fitrah, sindrom 'aku boleh selesaikan sendiri'. Terkadang dalam kehidupan ia bukan A +B = C, Allah menciptakan darab, bahagi, kuasa 2.
    Dan ego itu terkadang menutup pintu ukhwah dan huluran nasihat. Mudahnya mengungkap... cuma satu, jangan pernah ego dengan Tuhan, berdoalah dan pintalah

    BalasPadam